LAPORAN
PENDAHULUAN TUMOR BULI-BULI
A. Defenisi
Tumor
buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Karsinoma
buli-buli merupakan tumor superficial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan
infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma
sel skuamosa gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna
merah secara terus menerus (ilmu keperawatan, 2007).
Tumor
buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (ilmu
bedah, 2008).
Tumor
bulu-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non
invasif (insitur), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler
dan infiltratif.
Dapat
disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau
kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.
B. Etiologi
1. Pekerjaan
: pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)
2. Perokok
: rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi
saluran kemih : Escherichia Coli dan proteus yang menghasilkan karsinogen.
4. Kopi
: pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.
C. Tanda dan Gejala
Manifestasi
klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.
1. Ketika
batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal.
a. Infeksi
pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun
secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri
hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu
di ginjal
a. Nyeri
dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri
berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d. Mual
dan muntah.
e. Diare.
3. Batu
di ureter
a. Nyeri
menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa
ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri
akibat abrasi batu.
d. Biasanya
batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4. Batu
di kandung kemih
a.
Biasanya
menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b.
Jika batu
menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
5. Teori
terbentuknya batu
a. Teori
Intimatriks.
Terbentuknya BSK yang memerlukan adanya
substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan
batu.
b. Teori
Supersaturasi.
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk
batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori
Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas
substasi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat..
d. Teori
Berkurangnya faktor penghambat.
Berkurangnya faktor penghambat seperti
peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida
akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
D. Patofisiologi
Sel
tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan
merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya.
Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor
pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati.
Stadium
(staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan.
Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung
kemih : prostate, uterus, vagina,
dinding pelvis dan dinding abdomen.
E. Manifestasi Klinis
1.
Kencing campur
darah yang intermitten
2.
Merasa panas
waktu kencing
3.
Merasa ingin
kencing
4.
Sering kencing
terutama malam hari dan pada fase selanjutnya
sukar kencing
5.
Nyeri suprapubik
yang konstan
6.
Panas badan dan
merasa lemah
7.
Nyeri pinggang
karena tekenan saraf
8.
Nyeri pada satu
sisi karena hydronephrosis
F. Komplikasi
1.
Infeksi sekunder
bila tumor mengalami ulserasi
2.
Retensi urine
bila tumor mengadakan invai ke bladder neck
3.
Hydronephrosis
oleh karena ureter mengalami oklusi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan
Laboratorium Rutin
Ditemukan
kelainan hematuria. Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan
kronis atau pendesakan sel metastasis kesumsum tulang. Uremia dapat dijumpai
bila tumor menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya
sendiri atau limfadenopati.
a. Sitologi
urine, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine.
b. Cell
Survey antigen study, yaitu pemeriksaan lab. Untuk mencari sel antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan
adalah darah vena.
c. Flow
Cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urtelium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan
foto polos abdomen. Pielografi intravena dan foto toraks. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai keadaan traktur urinarius yaitu berupa adanya gangguan
fungsi ekresi ginjal,hidronefrosis,hidroureter dan filling defect pada
buli-buli dan melihat adanya regional adalah jauh.
3. Sitoskopi dan Biopsi
Pada
persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak
dilakukan,bila perlu dapat dilaukan
CT-Scan.Pada pemeriksaan sistoskopi dapat dilihat adanya tumor dan
sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reaksi tumor yang juga merupakan tindakan
pengobatan pada tumor tumor superfisial.
H. Penatalaksanaan/Pengobatan
1. Penanganan
tumor Kandung Kemih bergantung pada derajat tumornya(didasarkan pada
derajat diferensiasi sel), stadium
pertumbuhan tumor (derajat invasi local
sertaada tidaknya metastase) dan multi sentrisitas tumor (apaka tumor tersebut
memiliki banyak pusat).
2. Usia
pasien dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam
menentu bentuk terapinya.
a. Reseksi
transuretra atau fulgurasi(kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma yang
tunggal (tumor epitel benigna). Melenyapkan tumor lewat insisi bedah dengan
menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
b. Kemoterapi topical. Pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan Bacillus Calmette Guerin (BCG) untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
c. Radiasi. Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroektensi Neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor
d. Sistektomi. Dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.
b. Kemoterapi topical. Pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan Bacillus Calmette Guerin (BCG) untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
c. Radiasi. Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroektensi Neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor
d. Sistektomi. Dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.
Sistektomi
pada laki-laki : pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus serminalis
dan jaringan vesikel disekitarnya.
Sistektomi
pada wanita :pengangkatan kandumg
kemih,ureter bagin bawa,uterus,tuba fallopi,ovarium,vagina anterior dan uretra.
Pada
Tindakan Sistektomi dilakukan Diversi Urine:
Untuk mengalihkan aliran urin dari
kandung kemih ketempat keluarnya yang baru,biasanya air kemih dialirkan kesuatu
lubang didinding perut (stoma).Selanjutnya air kemih ikumpulkan dalam suatu
kantong.
Cara
untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah
diangkat, digolongkan kedalam 2 kategori:
1. Orthotopic
Neobladder
Penampung ini
dihubungkan dengan uretra.Penderita diajarkan untuk mengosongkan penampung ini
dengan cara mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam
perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra.
2. Continent
Cutaneous Diversion.
Penampung ini
dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong
luar,karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh
penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut
kedalam penampung. Penderita melakukan
pengosongan ini secara teratur.
KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala: Keterbatasan
aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
Sirkulasi
Tanda : peningkatan
tekanan darah/ nadi (nyeri, ansietas)
Eliminasi
Gejala: riwayat adanya
tumor kandung kemih
Tanda : hematuria,
disuria, Perubahan pola berkemih.
Makanan/Cairan
Gejala : penurunan
berat badan
Nyeri/Keamanan
Gejala : nyeri saat
berkemih
Penyuluhan
Gejala : riwayat
keluarga tumor
B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1.
Gangguan
eliminasi urine b/d dengan hematuria
2.
Nyeri b/d adanya
iritasi pada vesica urinaria
3.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan b/d adanya kanker pada vesica urinari
4.
Gangguan pola
tidur b/d nyeri pada vesica urinari
5.
Cemas b/d
diagnosis tumor
6.
Risiko infeksi
b/d pembedahan
7.
Kurang
pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit dan pengobatannya.
C.
Tujuan
Dan Rencana Tindakan (NOC/NIC)
No.
Dx
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
|
TUJUAN
(NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
1
|
Gangguan eliminasi urine berhubungan hematuria
|
NOC:
v Urinary Eleimination
v Urinary Contiunence
Kriteria
Hasil :
1. Kandung kemih kosong secara
penuh
2. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
3. Intake cairan dalam rentang
normal
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang
|
NIC:
Urinary
Retention Care
1.
Monitor
intake dan output
2.
Monitor
penggunaan obat antikolinergik
3.
Monitor
derajat distensi bladder
4.
Instruksikan
kepada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
5.
Sediakan
privasi untuk eliminasi
6.
Stimulasi
reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen
7.
Kateterisasi
jika perlu
8.
Monitor
tanda dan gejala ISK (panas,hematuria, perubahan bau dan konsistensi urien)
|
2
|
Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi pada
vesica urinaria
|
NOC:
v Pain Level
v Pain Control
v Comfort Level
Kriteria
Hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
|
NIC :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensip termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyaman
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektivan kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakoligi, non farmakologi dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang managemen nyeri
Analgesic
Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dsari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
7. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
|
3
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
adanya kanker pada vesica urinaria
|
NIC:
v Nutritional
status : food and fluid intake
v Nutrional
status : nutrien intake
v Weight
control
Kriteri Hasil :
9. Adanya
peningkatan BB sesuai dengan tujuan
10. BB ideal
sesuai dengan tinggi badan
11. Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
12. Tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
13. Menunjukan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
14. Tidak
terjadi penurunan BB yang berarti
|
NOC:
Nutrion Management
1.
Kaji
adanya alergi makanan
2.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.
Berikan
substasi gula
6.
Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7.
Berikan
makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8.
Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Nutrition
monitoring
1.
BB
pasien dalam batas normal
2.
Monitor
adanya penurunan BB
3.
Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan, monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
4.
Monitor
lingkungan selama makan
5.
Monitor
lingkungan selama makan
6.
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7.
Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
8.
Monitor
turgor kulit
9.
Monitor
kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
10.
Monitor
mual dan muntah
|
5
|
Cemas berhubungan dengan diagnosis tumor
|
NOC:
v Anxiety Control
v Coping
v Impulse Control
Kriteria
hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasikan,
mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
3. TTV dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukan kekurangan kecemasan
|
NIC:
Anxiety Reduction (Penurunan
Kecemasan)
1.
Gunakan
pendekatan yang menenangkan
2.
Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3.
Jelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4.
Pahami
prespektif pasien terhadap situasi stres
5.
Temani
pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6.
Berikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
7.
Dorong
keluarga untuk menemani anak
8.
Lakukan
back/neck rub
9.
Dengarkan
dengan penuh perhatian
10. Identifiksi tingkat kecemasan
11. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk mengungkapan perasaan, ketakutan,
persepsi
13. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
14. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
|
6
|
Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
|
NOC:
v Immune Status
v Knowledge : Infection Control
v Risk Control
Kriteria
Hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3. Meunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leokosit dalam batas
normal
5. Menunjukan perilaku hidup sehat
|
NIC:
Infection Control (Kontrol Infeksi)
1.
Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.
Pertahankan
teknik isolasi
3.
Batasi
pengunjung bila perlu
4.
Instruksikan
pada pengujung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
5.
Gunakan
sabun antimikroba untuk cuci tangan
6.
Cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7.
Gunakan
baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.
Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasanan alat
9.
Ganti
letak IV perifer san line cental dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Gunakan katete
intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection
Protection
(Proteksi
Terhadap Infeksi)
1.
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemikdan lokal
2.
Monitor
hitung granulosit, WBC
3.
Monitor
kerentanan terhadap infeksi
4.
Batasi
pengunjung
5.
Saring
pengunjung terhadap penyakit menular
6.
Pertahankan
teknik aspirasi pada pasien yang berisiko
7.
Pertahankan
teknik isolasi k/p
8.
Berikan
perawatan kulit pada area epidema
9.
Inspeksi
kulit dan membran mukossa terhadap kemerahan, panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
|
7
|
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi menegenai penyakit dan pengobatanya
|
NOC:
v Knowledge : Disease Process
v Knowledge : Health Behavior
Kriteria
Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan perawat/tim kesehatan lainya
|
NIC:
Teaching : disease process
1.
Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2.
Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat
3.
Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
4.
Gambarkan
proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.
Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6.
Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.
Hindari
harapan yang kosong
8.
Sediakan
bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9.
Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mingkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang atau proses pengontrolan penyakit
10.
Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,
volume 2, EGC.Jakarta.
Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan).PT EGC, Jakarta.
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified.
New York Chicago.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT
EGC. Jakarta.
San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore Sydney
Toronto.
Soeparman,
(1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi empat, buku kedua. EGC. Jakarta.
www.laporan-pendahuluan-askep.com/
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LAPORAN
PENDAHULUAN KLIEN TUMOR BULI-BULI
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH CARUBAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Sistem
Kardiovaskuler
Disusun oleh :
AMIRRUDIN
SETIAWAN
M13.01.0001
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
TA. 2013/2014
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dengan kasus Tumor
Buli-buli di ruang RR/ICU/ICCU RSUD Caruban telah diperiksa oleh pembimbing
lapangan/CI yang disahkan pada :
Hari :
.................
Tanggal :
.................
Mengetahui
Clinical Instructure (CI)/
Pembimbing Lapangan
(............................................)
|
Pembimbing Akademik
(...........................................)
|
No comments:
Post a Comment