Asuhan Keperawatan Pasien dengan Penyakit STROKE

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN STROKE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CARUBAN



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Sistem Kardiovaskuler



Disusun oleh :
AMIRRUDIN SETIAWAN
M13.01.0001



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
TA. 2013/2014



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

HALAMAN PENGESAHAN


Laporan pendahuluan dengan kasus Stroke di ruang UGD (Unit Gawat Darurat) RSUD Caruban telah diperiksa oleh pembimbing lapangan/CI yang disahkan pada:
Hari                 : .................
Tanggal           : .................




Clinical Instructure (CI)/
Pembimbing Lapangan



(............................................)
Pembimbing Akademik




(...........................................)

Mengetahui
Kepala Ruang
UGD RSUD Caruban




(...........................................)

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN STROKE


A.      Definisi
Gangguan  peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA (Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak yang diakibatkan   oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Perdarahan intracerebral adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan olek karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (UPF, 1994)
Macam-macam stroke :
1.      Hemoragie Stroke
a.         Perdarahan otak spontan
Lokasi : puntamen 34%, lobus (hemisfer) 24%, thalamus 20%, serebral 7%, pons 6%, nukleus caudatus 9%.
Etiologi :
1)        Utama : hipertensi
2)        Tumor, pemakaian anti koagulasi
3)        Penyakit darah : leukemia
4)        Penyakit pembukuh darah : vaskuler malformation
Gejala :
1)        Sakit kepala
2)        Timbul mendadak setelah melakukan aktivitas dan emosi
3)        Muntah
4)        Pusing
5)        Kesadaran menurun
6)        Kelainan neurologis
7)        Kejang
Diagnostik :
1)        Klinis : TTV, pemeriksaan neurologis
2)        CT. Scan : anatomi, lokasi, luas herniasi
Prognosa :
1)        GCS
2)        Umur
3)        Tekanan darah
4)        Lokasi
5)        Cepat/lambat penanganan
b.         Perdarahan sub arakhnoid
Berasal dari pecahnya arteri, vena/kapiler Insiden : 5-10%
Etiologi : aneurisma, AVM
Gejala :
1)        Sakit kepala
2)        Muntah-muntah
3)        Vertigo dan dizziness
4)        Kejang-kejang
5)        Kesadaran menurun
6)        Hipertermi
Masalah pada aneurisma :
1)      Perdarahan ulang
Hari 1 60%, sampai hari 15<5 span="">
2)      Vasospasme
Timbul hari 3-7, menurun hari 10 Bahaya àterjadi penurunan aliran darah
3)      Hidrocepalus
a)      Akut : perdarahan masuk ventrikel  à obstruksi cairan    otak
b)     Kronis : darah dalam cairan otak meliputi seluruh meninge AVM (Arterio Venous Malformation)
2.      Stroke ischemia

B.       Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1.        Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2.        Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3.        Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyebab-penyebab lainnya :
1.      Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.
Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
a.       Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
b.      Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
c.       Arteritis (radang pada arteri)
2.      Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3.      Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4.      Hypoksia Umum
1)      Hipertensi yang parah
2)      Cardiac pulmonary arrest
3)      CO turun akibat aritmia
5.      Hypoksia setempat
1)      Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
2)      Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.

C.      Faktor resiko pada stroke
1.       Hipertensi
2.       Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3.       Kolesterol tinggi
4.       Obesitas
5.       Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
6.       Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7.       Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
8.       Penyalahgunaan obat ( kokain)
9.       Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

D.      Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang terkena.
1.      Pengaruh terhadap status mental
a.       Tidak sadar : 30% – 40%
b.      Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
2.      Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
a.       Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
b.      Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
c.       Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
3.      Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
a.       hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
b.      inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
4.      Daerah arteri serebri posterior
a.       Nyeri spontan pada kepala
b.      Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)
5.      Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:
a.       Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
b.      Hemiplegia alternans atau tetraplegia
c.       Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
1)      Stroke hemisfer kanan
a)      Hemiparese sebelah kiri tubuh
b)      Penilaian buruk
c)      Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan
2)      Stroke hemisfer kiri
a)      Mengalami hemiparese kanan
b)      Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
c)      Kelainan bidang pandang sebelah kanan
d)     Disfagia global
e)      Afasia
f)       Mudah frustasi


E.       Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
1.      Sementara
Timbul hanya sebebtar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2.      Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
3.      Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang dissebut progressing stroke atau stroke inevolution sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67)

F.       Pemeriksaan Penunjang
1.        CT Scan  
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2.         Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3.        Pungsi Lumbal
a         Menunjukan adanya tekanan normal
b        Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan
4.        MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5.        EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6.        Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7.        Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
G.      Pathway

A.      Penatalaksanaan
1.      Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2.      Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
1.      Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2.      Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3.      Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4.      Bed rest
5.      Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6.      Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7.      Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8.      Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9.      Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK
10.  Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11.  Penatalaksanaan spesifik berupa:
a.       Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik
b.      Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi



B.       Diagnosa keperawatan yang muncul
1.     Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
2.     Pola nafas tidak efektif
3.     Status nutrisi : kurang dari kebutuhan nutrisi (pemenuhan intake) berhubungan dengan gangguan menelan
4.     Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan defisit neurologis secara mendadak
5.     Resiko injury berhubungan dengan  penurunan fungsi tulang

C.      Tujuan/Rencana Tindakan (NOC/NIC)
No. Dx
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1
Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
NOC:
v  Circulation Status
v  Tissue Perfusion : Cerebral

Kriteria Hasil :
v  Mendemontrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
1.      Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
2.      Tidak ada ortostatik hipertensi
3.      Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
v  Mendemontrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
1.      Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
2.      Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
3.      Memproses informasi
4.      Membuat keputusan dengan benar
v  Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter
NIC:
Peripheral Sensasi Managent (Manajemen Sensasi Perifer)
1.      Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
2.      Monitor adanya paretese
3.      Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4.      Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5.      Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6.      Monitor kemampuan BAB
7.      Kolaborasi pemberian analgerik
8.      Monitor adanya tromboplebitis
9.      Diskusi mengenai penyebab perubahan sensasi

2
Pola nafas tidak efektif
NOC:
v  Respiratory Status : Ventilation
v  Respiratory Status : Airway Patency
v  Vital Sign Status

Kriteria hasil:
1.      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
2.      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3.      Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC:
1.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.      Pasang mayo bila perlu
3.      Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4.      Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5.      Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
6.      Berikan bronkodilator :
7.      Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
8.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
9.      Monitor respirasi dan status O2
10.  Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea
11.  Pertahankan jalan nafas yang paten
12.  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
13.  Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
14.  Monitor vital sign
15.   Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
16.  Ajarkan bagaimana batuk efektif
17.   Monitor pola nafas
3
Status nutrisi : kurang dari kebutuhan nutrisi (pemenuhan intake) berhubungan dengan gangguan menelan
NOC:
v  Nutrition Status : Food Adn Fluid Intake

Kriteia hasil :
1.      Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
2.      BB ideal sesuai dengan tinggi badan
3.      Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.      Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5.      Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
NIC :
1.       Kaji adanya alergi makanan
2.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3.      Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4.      Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
5.      Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
6.      Monitor lingkungan selama makan
7.      Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
8.      Monitor turgor kulit
9.      Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
10.  Monitor mual dan muntah
11.  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
12.  Monitor intake nuntrisi
13.   Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
14.  Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
15.  NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
16.  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
17.  Kelola pemberan anti emetik:.....
18.   Anjurkan banyak minum
19.  Pertahankan terapi IV line
20.  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
4
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan defisit neurologis secara mendadak
NOC :
v  Joint Movement : Activity
v  Mobility Level
v  Self Care : Adls
v  Transfer Performance

Kriteria hasil :
1.      Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2.      Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3.      Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
4.      Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC :
Exercise Therapy : Ambulation
1.      Monitoring vital sign sebelum.sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2.      Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3.      Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cidera
4.      Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain tentang ambulasi
5.      Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
6.      Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
7.      Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
8.      Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9.      Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
5
Resiko injury berhubungan dengan  penurunan fungsi tulang
NOC :
v  Risk Kontrol
v  Immune Status
v  Safety Behavior

Kriteria hasil:
1.      Klien terbebas dari cedera
2.      Klien mampu menjelaskan cara/metode
Untuk mencegah injury/cedera
3.      Klien mampu menjelaskan factor risiko
dari lingkungan/perilaku personal
4.      Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
5.      Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
6.      Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC Environment Management
(Manajemen lingkungan)
1.      Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2.       Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3.      Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
4.      Memasang side rail tempat tidur
5.       Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6.      Menempatkan saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau pasien.
7.      Membatasi pengunjung
8.      Memberikan penerangan yang cukup
9.      Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
10.  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
11.  Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
12.  Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.




DAFTAR PUSTAKA


Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993

No comments:

Read more..