Cara Mencegah Terjadinya Radang Tenggorokan (FARINGITIS)

MAKALAH FARINGITIS

Bagaimana Cara Mencegah Agar Tidak Terjadi Radang Tenggorokan?


A.   LATAR BELAKANG
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx (bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan
perdadangan. Namun yang paling umum penyebab peradangan adalah virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri penyebab gejala, kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru atau usus.


Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.

B.   TUJUAN PENULISAN
       Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.    Menjelaskan pengertian dan konsep dasar faringitis pada anak-anak
2.    Mengetahui penanganan, pentalaksanaan faringitis yang terjadi pada anak-anak
3.    Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa;
4.    Mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan yang baik.
                                                                                     
C.   MANFAAT PENULISAN
1.    Umum
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan kita terhadap faringitis ini khususnya bagi kita yang terjun langsung sebagai tenaga kesehatan sehingga menjadi perawat profesional pun bisa kita capai dengan bertambahnya lagi pengetahuan tentang faringitis ini.
2.    Khusus
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan faringitis pada anak-anak.


  
 cara mengatasi terjadinya sakit radang tengorokan dan pengobatannya





BAB 11
PEMBAHASAN


A.   KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    DEFINISI
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa  tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ). 2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan waktunya berkerut ). 3)  Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).

2.    PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
a.    Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
1.    Rhinovirus
2.    Coronavirus
3.    Virus influenza
4.    Virus parainfluenza
5.    Adenovirus
6.    Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
7.    Coxsackievirus A
8.    Cytomegalovirus
9.    Virus Epstein-Barr
10. HIV

b.    Bakteri
1.      Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
2.      Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 o:p="" tahun.="">
3.      Streptokokus grup C dan G
4.      Neisseria gonorrheae
5.      Corynebacterium diphtheriae
6.      Corynebacterium ulcerans
7.      Yersinia enterocolitica
8.      Treponema pallidum
9.      Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.

3.    PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

4.    KLASIFIKASI BERDASARKAN AGEN PENYEBAB :
Faringitis Virus
Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam, biasanya tinggi.
Demam
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringansampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tesapus tenggorokan memberikan hasil negative
Tesapus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

5.    GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a.    Virus
1)    Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
2)    Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.
3)    Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
4)    Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
5)    Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
6)    Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
7)    Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
8)    Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
9)    Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b.    Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau tanpa tanda klinis lainnya.

6.    MANIFESTASI KLEIN
a.    Akut:
1.    Nyeri Tenggorokan
2.    Sulit Menelan, serak, batuk
3.    Demam
4.    Mual, malaise
5.    Kelenjar Limfa Leher Membengkak
6.    Tonsil kemerahan
7.    Membran faring tampak merah
8.    Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
9.    Nyeri tekan nodus limfe servikal
10. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
11. Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
12. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
13. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
14. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
b.    kronis:
1.      Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2.      Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
3.      Kesulitan menelan.

7.    PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.

8.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.    Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
b.    Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
c.    Pemeriksaan Laboratorium
1)    Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
2)    Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

9.    TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a.    Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b.    Penicillin; diberikan secara oral
c.    Eritromisin
d.    Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:
1)    Amantadine
2)    Rimantadine
3)    Oseltamivir
4)    Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5)    Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen  dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yaitu:
a.    Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
b.    Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
c.    Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d.    Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
e.    Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.

10. KOMPLIKASI
a.    Otitis media akut
b.    Abses peri tonsil
c.    Abses para faring
d.    Toksenia
e.    Septikinia
f.     Bronkitis
g.    Nefritis akut
h.    Miokarditis
i.      Artritis


 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

11. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.    PENGKAJIAN
Data fokus:
a.    Data Subjektif
1)    Anak mengeluh badannya terasa panas
2)    Anak mengatakan tenggorokannya sakit
3)    Anak mengeluh batuk
4)    Anak mengatakan tidak bisa menelan
b.    Data Objektif
1)    Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius)
2)    Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid
3)    Nyeri tekan pada nodus limfe servikal
2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum).
d.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan.
e.    Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.

3.    PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
NOC / Tujuan
NIC / Intervensi
1.    Hipertermi b/d inflmasi pda faring
1.    Setelah dilakukan tindakan perawatan, dihrpakn suhu bdn psien nrmal Termoregulasi (0800)
      Kriteria hasil :
·         Suhu kulit normal
·         Suhu badan 35,9°C-37,7°C
a.    Kaji suhu badan setiap 2 jam.
b.    Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
c.    Beri kompres hangat misalnya  pada ketiak
d.    Berikan obat antipiretik
2.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring
2.    Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkuran dengan kriteria hasil :
*      Anak melaporkan bahwa nyeri berkurang
*      Anak melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
*      Anak mampu menggnakan metode non farmakologi untuk  mengurangi nyeri.
a.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b.    Ajarkan      tentang Teknik non farmakologi (seperti napas dalam)
c.    Berikan analgetik untuk  mengurangi nyeri
d.    Tingkatkan istirahat anak
3.    Ketidkefektifan bersihan jalan nafas b / d penumpukan sekret (sputum)
3.    Setelah dilakukan perawatan, diharapakan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil:
§  Anak tidak batuk
§  Anak dapat bernpas dengan lega
§  RR (u = 3 tahun) = 20-30 x/menit
a.    Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta pergerakan dada).
b.    Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis : mengi, krekels)
c.    Ajarkan pada klien untuk berlatih nafas tambahan dalam dan batuk efektif.
d.    Berikan klien minuman hangat sedikitnya 2500 cc/hari.
e.    Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian, terapi pemberian expectorant dan broncodilatos.
4.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan
4.    Setelah dilakukan tindakan ke-perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :
·         Anak dapat menghabiskan 1 porsi makanannya.
·         Berat bedan anak normal
a.    Mengkaji pola makan pasien
b.    Memberikan makanan lunak
c.    Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut
d.    Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
5.    Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi
5.    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama waktu yang telah direncanakan, diharapkan pengetahuan keluarga pasien tentang imunisasi meningkat dengan kriteria hasil:
*      Keluarga pasien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
*      Keluaga pasien tampak tenang
1.    Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anak dan penangananya
2.    Beri KIE keluarga tentang cara penanganan demam pada anak seperti beri kompres hangat.







BAB 111
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring.Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan faringitis yaitu:
1.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2.    Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3.    Gangguan nutrisi (kurangdarikebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang dengan kesulitan menelan
4.    Bersihan jalnan nafas tidak efektif  berhubungan dengan penumpukan secret

B.   SARAN
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat meningkatkan lagi ilmu dan pengetahuan yang dimiliki khususnya dibidang Keperawatan.













DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.


No comments:

Read more..