ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EKSEMA(DERMATITIS)
A. PENGERTIAN
Dermatitis atau Eksema adalah suatu peradangan menahun
pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis
juga disertai dengan tanda-tanda seperti
terbentuknya bintik yang berisi cairan
(bening atau nanah) dan bersisik.
Dermatitis atau Eksema adalah
suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular. Tapi
kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan percaya diri.
Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati penyakit dermatitis.
Dermatitis atau Eksema adalah
istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Ada berbagai jenis
dermatitis, termasuk dermatitis seboroik dan dermatitis atopik (eksim). Meskipun
gangguan tersebut dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai
bentuk, gambaran klinis yang ditimbulkan antara lain bengkak, memerah dan kulit
gatal.
Dermatitis atau Eksema adalah istilah yang luas yang
mencakup berbagai gangguan yang semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa
jenis dermatitis hanya mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang
lain dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab
yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis atau Eksema selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi
terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya,
substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang
substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Dalam semua
kasus, menggaruk terus menerus atau menggosok akhirnya dapat menyebabkan
penebalan dan pengerasan kulit.
B. Gejala atau tanda-tanda penyakit eksim
- Rasa panas dan dingin yang berlebihan pada bagian kulit yang terkena eksim.
- Rasa gatal terutama terasa pada malam hari.
- Akan tampak lepuhan-lepuhan kecil dan kulit bersisik yang keras pada permukaan kulit yang akan disertai dengan pembengkakan.\
- Eksim akan sangat cepat sekali penularannya pada kulit yang lain.
- Eksim dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eksim kering dan eksim basah. Eksim kering akan tampak pada kulitnya kering, bersisik, kemerah-merahan, kadang-kadang bengkak, dan terasa gatal. Sedangkan pada eksim basah kulitnya akan tampak merah, bengkak, melepuh, dan basah, timbul bintil-bintil yang mengandung air atau nanah yang menimbulkan rasa gatal.
- Daerah-daerah yang sering terjangkit penyakit eksim adalah : pada sela-sela jari tangan atau kaki, dan daerah-daerah lipatan tubuh, seperti sela paha, belakang lutut, pergelangan tangan, dan daerah sekitar leher. Penyakit eksim sering terjadi secara berulang-ulang atau kambuh, oleh karena itu harus diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan alegi (alergen).
C. ETIOLOGI
Penyebab
dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti, namun beberapa ahli
mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas daya pertahanan tubuh (imun) yang
berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami reaksi berlebihan terhadap
bakteri atau iritan yang sebenarnya tidak berbahaya pada kulit. Oleh karena
itu, eksim banyak ditemukan pada keluarga dengan riwayat penyakit alergi atau
asma.
Tiap – tiap
orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang setelah
memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula
yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul
pun bervariasi, ada yang gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada
pula yang sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa
menjadi pencetus timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat
gejala menjadi lebih buruk.
Meskipun
penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak kasus, pasien dapat
mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan pengobatan yang tepat dan
menghindari iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini
tidak menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.
Penyebab dermatitis kadang–kadang tidak diketahui
sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam,
misalnya
1.
Zat kimia, protein, bakteri, dan fungus
2.
Alergi terhadap debu, serbuk sari tanaman / bulu hewan
3.
Alergi / toleransi terhadap makanan tertentu
4.
Pemakaian kosmetik dan perhiasan imitasi ( bahan kimia
lainnya )
5.
Virus dan infeksi lain
Penyebab tidak diketahui. Biasanya merupakan manifestasi sekunder dari
adanya pruritus atau garukan pada kulit yang sensitif. Keadaan yang dapat
mengawali timbulnya eksema adalah sebagai berikut:
1.
Kulit yang kering akibat cuaca dingin
2.
Berkeringat akibat panas atau udara yang lembab
3.
Kontak kulit dengan makanan/bahan makanan tertentu,
misalnya terkena tumpahan jus tomat atau jus jeruk.
4.
Bahan pakaian yang iritatif
5.
Sabun tertentu
6.
Stress.
Menurut Harahap (2000), karena lokalisasinya di tempat yang banyak
berkeringat (hiperhidrosis), diduga keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik).
Penderita juga mempunyai riwayat kecenderungan atopy (eksema, asma, hay fever
dan rinitis alergika).
Penyebab dyshidrotic eczema belum diketahui dengan pasti. Dyshidrotic
eczema sering timbul bersamaan dengan penyakit kulit lain misalnya dermatitis
atopik, dermatitis kontak, alergi terhadap bahan metal, infeksi dermatofita,
infeksi bakteri, lingkungan dan stres. Menurut Burdick (2004), ada beberapa
faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan dyshidrotic eczema dan
pompholyx, yaitu:
- Faktor genetik : Kembar monozigot dapat secara serentak dipengaruhi oleh dyshidrotic eczema.
- Atopy : Sebanyak 50% pasien dengan dyshidrotic eczema dilaporkan baik secara personal maupun keluarga mempunyai atopy diatesis (eksema, asma, hay fever, rinitis alergika)
- Serum IgE akan meningkat, sekalipun pasien dan keluarga tidak mempunyai riwayat atopy.
- Dyshidrotic eczema bisa merupakan manifestasi awal dari diatesis atopy.
- Sensitif terhadap nikel : Ini mungkin faktor yang signifikan dalam dyshidrotic eczema namun mempunyai jumlah yang rendah, sedangkan dalam beberapa studi lain dilaporkan adanya peningkatan terhadap sensitifitas terhadap nikel.
- Diet rendah nikel : Hal ini dilaporkan dapat menurunkan frekuensi dan keparahan dari dyshidrotic eczema.
- Reaksi id : Timbulnya dyshidrotic eczema tidak selalu berhubungan dengan paparan bahan kimia yang peka atau metal (misalnya kromium, kobalt, karbomix, fragande mix, diaminodiphenylmethana, parfum, fragrances dan balsem dari Peru).
- Infeksi jamur.
- Stres emosi : Merupakan faktor yang paling memungkinkan menyebabkan dyshidrotic eczema. Banyak pasien melaporkan adanya pompholyx berulang selama periode stres. Perbaikan dyshidrotic eczema menggunakan biofeedback untuk mengurangi stres.
- Faktor lain : Faktor yang dilaporkan bisa menyebabkan dyshidrotic eczema antara lain rokok, kontrasepsi oral, aspirin dan implan metal.
D. PATOFISIOLOGI
Dermatitis atau Eksema
merupakan reaksi alergi tipe 4 yakni respon lambat tipe tuberculin yang
bersifat cell mediated reaksi spesifik memerlukan beberapa jam mencapai
maksimum. Klinis biasanya baru tampak respon sesudah 24 – 48 jam. Pada reaksi
antara antigen dan antibody terjadi pembebasan berbagai mediator farmakologik.
Misalnya histamine, serotonin, bradikinin, asetikoline, heparin, dan
anafilaktosin.
1.
Dermatitis
Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh
zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergik.
a.
Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan
konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan
menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering
b. Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi
hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan
di daerah lain.
2.
Dermatitis
Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi
infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3.
Dermatitis
Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel,
bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah
(oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh
4.
Dermatitis
Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat
sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul
keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti
ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak
semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan
erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga
kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5.
Dermatitis
Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal.
Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan
bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial
belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong,
lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai
dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan
rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing
(membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat
terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
E. MANIFESTASI KLINIS
Dimanapun lokasi timbulnya dermatitis, gejala utama yang dirasakan
pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda
kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut,
tangan dan kaki. Namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah
lain. Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng.
Pada orang kulit putih daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu
berubah menjadi coklat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap,
dermatitis akan mempengaruhi pigmen kulit, sehingga daerah dermatitis akan
tampak lebih terang atau lebih gelap.
Subjektif pada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor ). Selain itu juga terdapat kenaikan suhu ( kalor ), kemerahan ( rubor ), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit ( fungsiolesa )
Subjektif pada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor ). Selain itu juga terdapat kenaikan suhu ( kalor ), kemerahan ( rubor ), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit ( fungsiolesa )
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi sekunder oleh bakteri,
septikemi, diare, dan pneumonia. Gangguan metabolic mengakibatkan suatu resiko
hipotermia, dekompensasi kordis, kegagalan sirkulasi perifer dan
trombophlebitis. Bila pengobatan kurang baik, akan terjadi degenerasi visceral
yang menyebabkan kematian.
Dapat
terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik yang
mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita
mengalami demam dan lesu.
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
dermatitis, misal:
1. Usap kulit(skin swab)
Dilakukan pada:Pasien eksema yang di RS dengan eksema yang terbuka, terkeskoriasi,atau berkerak untuk menentukan jenis bakteri penyabab dan pengobatan paling tepat.Kecurigaan bahwa infeksi disebabkan oleh bakteri S, auereus yang resisten terhadap pengobatan standar.
Dilakukan pada:Pasien eksema yang di RS dengan eksema yang terbuka, terkeskoriasi,atau berkerak untuk menentukan jenis bakteri penyabab dan pengobatan paling tepat.Kecurigaan bahwa infeksi disebabkan oleh bakteri S, auereus yang resisten terhadap pengobatan standar.
2. Usap hidung (nasal swab) dari pasien dan orang tua
Hanya dilakukan jika ada infeksi
berulang atau bisul
3. Tes alergi pada kulit
Dilakukan jika:
Dilakukan jika:
Anak memiliki riwayat gatal,
kemerahan, bentol-bentol, atau kambuhnya eksema setelah makan makanan tertentu
Anak berusia kurang dari 12 bulan dengan eksema sedang-berat yang tidak membaik dengan pengobatan.
Anak yang patuh dengan pengobatan selama 6 minggu, namun tidak menunjukan perbaikan.
Anak berusia kurang dari 12 bulan dengan eksema sedang-berat yang tidak membaik dengan pengobatan.
Anak yang patuh dengan pengobatan selama 6 minggu, namun tidak menunjukan perbaikan.
4.
Dermatografisme puth
5.
Percobaan asetikolin
6.
Percobaan histamine
Menurut Burdick (2004), diagnosis dyshidrotic eczema biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel (Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi.
Menurut Burdick (2004), diagnosis dyshidrotic eczema biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel (Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi.
H.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari pengobatan
adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit
terasa sangat kering dan gatal, lotion dan cream pelembab sangat dianjurkan
untuk membuat kulit menjadi lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit
masih basah, seperti saat habis mandi sehingga cream yang dioleskan akan
mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi
rasa gatal yang terjadi. Salep atau cream yang mengandung kortikosteroid
seperti hydri kortison dibrikan untuk mengurangi proses inflamasi / peradangan.
Untuk kasus-kasus yang berat dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan
apabila pada daerah dermatitis setelagh terinfeksi maka bisa diberikan
antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Pengobatan menurut FKUI
yaitu :
1.
Pengobatan secara sistemik
Pada kasus
dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin-anti
serotonin, anti bradikinin, anti-SRS-A, dsb. Pada kasus berat dapt
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid
2. Pengobatan secara topical
Prinsip umum terapi topical diuraikan dibawah ini : a. Dermatitis basah ( madidans ) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering ( sika ) diobati dengan krim atau salep b. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifikc. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losion ( bedak kocok ), pasta, krim atau linimentum ( pasta pendingin ). Bila kronik diberi salep d. Pada dermatitis sika, bila superficial diberi bedak, losio, krim atau pasta. Bila kronik diberi salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar daripada krim.
Prinsip umum terapi topical diuraikan dibawah ini : a. Dermatitis basah ( madidans ) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering ( sika ) diobati dengan krim atau salep b. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifikc. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losion ( bedak kocok ), pasta, krim atau linimentum ( pasta pendingin ). Bila kronik diberi salep d. Pada dermatitis sika, bila superficial diberi bedak, losio, krim atau pasta. Bila kronik diberi salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar daripada krim.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Identitas
Meliputi Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan, Agama,
Suku bangsa, Tanggal dan jam masuk rumah sakit, Registrasi.
2.
Riwayat Keperawatana.Keluhan utama:
gatal-gatal,rasa terbakarb.Riwayat
kesehatan sekarangTanyakan
sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.c. Riwayat kesehatan dahuluUntuk
informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya demam, penyakit kulit yang
pernah diderita penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan
lain-lain.d.
Riwayat kesehatan keluargaTentang
status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang
menderita gangguan kulit, kapan dimulainya gangguan itu, dan adakah anggota
keluarga yang mempunyai riwayat alergi.e.
Riwayat pengobatan atau terpapar zatTanyakan
pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar
factor-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena
zat-zat kimia atau bahan iritan lainya.f.
Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hariKebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan Misalnya, bagaimana pola
tidur klien, sebab pola tidur dan istirahat sangat mempengaruhi kesehatan
kulit. Lingkungan kerja klien juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien
berkontak dengan bahan-bahan iritan.g.
Riwayat psikososialKeadaan psikologis klien yang perlu dikaji misalnya, stress yang berkepanjangan
yang akan mempengaruhi kesehatan kulit seseorang , bahkan dapat menimbulkan
kelainan kulit
3.
Pemeriksaan fisik
Mengkaji ciri kulit secara keseluruhan:
a.
Eritema yang bersisik, batas tegas/menyolok b.
Lesi kering dan timbul pruritus c.
Adanya lubang-lubang atau kerusakan total pada kuku
dan tangan d.
Lesi tidak simetris bilateral e.
Lesi dapat timbul pada luka bekas garukan. f.
Bila akut : Falang distal seperti sosis bengkak,
eritema dan nyeri. g.
Menarik diri
4.
Pemeriksaan Diagnostika. Uji Tempel Terbuka
Pada uji
terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena
daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi
hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
b. Uji Tempel Tertutup
Untuk uji
tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang ada
pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan
yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam.
c.
Uji Tempel dengan sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai
fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen.
Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari
dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus
bahan tersebut.Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita
sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut
kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga
akan menjadi lebih berat.
d.
Uji intrademal
Spuit steril berukuran 0,5 ml atau 1ml dengan jarum intradermal dengan
ukuran 26 / 27 digunakan untuk menyuntikan 0,02 hingga 0,03ml alergen
intradermal. Jarum ditusukan dengan jarum menghadap ke atas dan spuit berada
dalam posisi agak miring. Kulit di tembus secra superfisial, dan sejumlah kecil
alergen disuntikan untuk menimbulkan suatu tonjolan kecil yang berdiameter
kurang lebih 5mm. Setiap kali penyuntikan harus di gunakan spuit dan jarum
tersendiri.(Smeltzer, 2002:1763)
Sekian dan semoga bermanfaat,,,
No comments:
Post a Comment