.: Menyelisik Kehidupan di Alam
Kubur :.
Para
pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua. Kehidupan
yang dialami oleh seorang manusia di dunia ini bukanlah sebuah kehidupan yang
terus-menerus tiada berujung dan tiada penghabisan. Ia adalah sebuah kehidupan
yang terbatas, berujung dan akan ada pertanggungjawabannya. Allah Subhanallahu
wa Ta’ala berfirman (artinya):
Maha Benar Allah Subhanallahu wa Ta’ala dengan segala firman-Nya! Kita dengar
dan saksikan kilas kehidupan yang silih berganti dari masa ke masa. Perjalanan
hidup umat manusia merupakan bukti bahwa seorang manusia, setinggi apapun
kedudukannya dan sebanyak apapun hartanya, akan mengalami kematian dan akan
meninggalkan kehidupan yang fana ini menuju kehidupan setelah kematian. Allah
Subhanallahu wa Ta’ala berfirman tentang Rasul-Nya Shalallahu ‘alahi wa Sallam
dan manusia yang lainnya dari generasi pertama sampai yang terakhir (artinya):
“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan mati dan mereka juga akan mati.” (Az
Zumar: 30)
Bukanlah berarti dengan kedudukan sebagai Rasulullah (utusan Allah) kemudian
mendapatkan keistimewaan dengan hidup selamanya, akan tetapi sudah merupakan
ketetapan dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala atas seluruh makhluk-Nya yang
bernyawa mereka akan menemui ajalnya.
Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua.
Pernahkah sejenak saja kita merenungkan bagaimana ketika maut sudah di hadapan
kita? Ketika malaikat yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala utus untuk mencabut
nyawa sudah berada dihadapan kita. Tidak ada tempat bagi kita untuk menghindar
walaupun ke dalam benteng berlapis baja, walaupun banyak penjaga yang siap
melindungi kita. Sungguh tidak bisa dibayangkan kengerian dan dahsyatnya
peristiwa yang bisa datang dengan tiba-tiba itu. Saat terakhir bertemu dengan
orang-orang yang kita cintai, saat terakhir untuk beramal kebaikan, dan saat
terakhir untuk melakukan berbagai kegiatan di dunia ini. Saat itu dan detik itu
juga telah tegak kiamat kecil bagi seorang manusia yaitu dengan dicabut ruhnya
dan meninggalkan dunia yang fana ini. Allahul Musta’an (hanya Allah
Subhanallahu wa Ta’ala tempat meminta pertolongan).
Manusia yang beriman kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya akan
mendapatkan tanda-tanda kebahagiaan kelak di akhirat dengan akan diberi
berbagai kemudahan ketika meninggal. Adapun orang-orang kafir yang ingkar,
mendustakan Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka ia akan
mendapatkan tanda-tanda kejelekan ketika meninggal dunia dan bahkan akan
ditimpakan adzab di alam kubur.
Alam Kubur
Setelah seorang hamba meregang nyawa dan terbujur kaku, maka ia akan diantarkan
oleh sanak saudara dan teman-temannya menuju “tempat peristirahatan sementara”
dan akan ditinggal sendirian di sebuah lubang yang gelap sendirian. Sebuah
tempat penantian menuju hari dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia di hari
kiamat kelak, pembatas antara alam dunia dan akhirat, Allah Subhanallahu wa
Ta’ala berfirman (artinya):
“Dan dihadapan mereka ada dinding (alam kubur/barzakh) sampai mereka
dibangkitkan.” (Al-Mukminun: 100)
Di antara peristiwa yang akan dialami oleh setiap manusia di alam kubur adalah:
1. Fitnah kubur
Pertanyaan dua malaikat kepada mayit tentang siapa Rabbmu (Tuhanmu)?, apa
agamamu?, dan siapa Nabimu? Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:
« إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ - أَوْ قَالَ أَحَدُكُمْ - أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالآخَرُ النَّكِيرُ »
“Apabila mayit telah dikuburkan -atau beliau bersabda: (apabila) salah seorang
dari kalian (dikuburkan)- dua malaikat yang berwarna hitam kebiru-biruan akan
mendatanginya salah satunya disebut Al-Munkar dan yang lainnya An-Nakir.”
(At-Tirmidzi no. 1092)
Adapun seorang hamba yang mukmin, maka ia akan menjawab pertanyaan tersebut
sebagaimana dalam potongan hadits Al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu ‘anhu yang
panjang: “Maka dua malaikat mendatanginya (hamba yang mukmin) kemudian
mendudukkannya dan bertanya: “Siapa Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab: “Allah
Rabbku; kemudian kedua malaikat itu bertanya lagi: “Apa agamamu? Ia menjawab:
“Islam agamaku; kemudian keduanya bertanya lagi: “Siapa laki-laki yang diutus
kepada kalian ini? Ia menjawab: “Dia Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam;
Maka itu adalah firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh..”
(Ibrahim: 27)
Perkataan yang kokoh dalam ayat di atas adalah kalimat tauhid (Laa ilaaha
illallaah) yang menghunjam dalam dada seorang mukmin. Allah Subhanallahu wa
Ta’ala meneguhkan seorang mukmin dengan kalimat tersebut di dunia dengan segala
konsekuensinya, walaupun diuji dengan berbagai halangan dan rintangan. Adapun
di akhirat, Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan meneguhkannya dengan kemudahan
menjawab pertanyaan dua malaikat di alam kubur.
Sedangkan seorang kafir dan munafik, ketika ditanya oleh dua malaikat: “Siapa
Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak tahu; kemudian ia ditanya:
“Apa agamamu? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak tahu, kemudian ia ditanya: “Siapa
laki-laki yang telah diutus kepada kalian ini? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak
tahu. Kemudian terdengar suara dari langit: “Dia telah berdusta! Bentangkan
baginya alas dari neraka! Bukakan baginya pintu yang menuju neraka!; Kemudian
panasnya neraka mendatanginya, dipersempit kuburnya hingga terjalin
tulang-tulang rusuknya karena terhimpit kubur.”
Itulah akibat mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Walaupun di dunia ia adalah
orang yang paling fasih dan pintar bicara, namun jika ia tidak beriman, maka ia
tidak akan dapat menjawab pertanyaan dua malaikat tersebut. Kemudian ia akan dipukul
dengan pemukul besi sehingga ia menjerit dengan jeritan yang keras yang
didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia.
Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua.
Kejadian di atas mempunyai hikmah besar tentang keimanan kepada yang gaib, yang
tidak kasat mata dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindra kita. Apabila jin
dan manusia bisa mendengar dan melihatnya, niscaya mereka akan beriman dengan
sebenar-benar keimanan. Oleh karena itu, Allah Subhanallahu wa Ta’ala menjelaskan
ciri-ciri orang yang bertakwa diantaranya adalah beriman dengan yang gaib.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
“Alif Lam Mim, Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib…”
(Al-Baqarah: 1-3)
2. Adzab dan nikmat kubur
Setelah mayit mengalami ujian dengan menjawab pertanyaan dua malaikat di alam
kubur, jika berhasil, ia akan mendapatkan kenikmatan di alam kubur; dan jika
tidak bisa, ia akan mendapatkan siksa kubur.
Bagi yang bisa menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut, ia akan mendapatkan
kenikmatan di kuburnya. Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam melanjutkan
sabdanya: “Kemudian terdengar suara dari langit: “Telah benar hamba-Ku! Maka
bentangkan baginya kasur dari surga! Pakaikan padanya pakaian dari surga!
Bukakan baginya pintu yang menuju surga!; Kemudian aroma wangi surga
mendatanginya, diperluas kuburnya sampai sejauh mata memandang, dan seorang
laki-laki yang bagus wajah dan bajunya serta wangi aroma tubuhnya mendatanginya
dan berkata: “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu! Ini adalah hari
yang telah dijanjikan bagimu. Maka ia berkata: “Siapa engkau? Wajahmu
mendatangkan kebaikan. Laki-laki itu menjawab: “Saya adalah amalan sholihmu.
Kemudian dibukakan pintu surga dan pintu neraka, dan dikatakan: “Ini adalah
tempatmu jika engkau bermaksiat kepada Allah, Allah akan mengganti dengannya.
Ketika melihat segala sesuatu yang ada di surga, ia berkata: “Wahai Rabb-ku,
segerakan hari kiamat! Agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.”
Adapun orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan dua malaikat, maka ia akan
mendapatkan siksa kubur, sebagaimana kelanjutan dari hadits di atas: “Kemudian
terdengar suara dari langit: “Dia telah berdusta! Bentangkanlah baginya alas
dari neraka! Bukakanlah baginya pintu menuju neraka!; Kemudian panasnya neraka
mendatanginya, dipersempit kuburnya hingga terjalin tulang-tulang rusuknya
karena terhimpit kuburnya. Kemudian seorang laki-laki yang buruk wajah dan
bajunya, serta busuk aroma tubuhnya mendatanginya dan mengatakan: “Bersedihlah
dengan segala sesuatu yang menyusahkanmu! Ini adalah hari yang telah dijanjikan
bagimu. Maka ia berkata: “Siapa engkau? Wajahmu mendatangkan keburukan.
Laki-laki itu menjawab: “Saya adalah amalan jelekmu, Allah membalasmu dengan
kejelekan, kemudian Allah mendatangkan baginya seorang yang buta, tuli, bisu,
dengan memegang sebuah pemukul, yang jika dipukulkan ke gunung niscaya akan
hancur menjadi debu. Kemudian ia dipukul dengan sekali pukulan sampai menjadi
debu. Kemudian Allah mengembalikan tubuhnya utuh seperti semula, dan dipukul
lagi dan ia menjerit hingga didengar seluruh makhluk kecuali jin dan manusia.
Kemudian dibukakan pintu neraka baginya, sehingga ia berkata: “Wahai Rabb-ku,
jangan tegakkan hari kiamat!” (HR. Abu Dawud, Al-Hakim, Ath-Thayalisi, dan
Ahmad)
Hadits Al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu ‘anhu di atas dengan gamblang
menjelaskan tentang segala sesuatu yang akan dialami oleh manusia di alam
kuburnya. Wajib bagi kita untuk beriman dengan berita tersebut dengan tidak
menanyakan tata cara, bentuk, dan yang lainnya, karena hal tersebut tidak
terjangkau oleh akal-akal manusia dan merupakan hal gaib yang hanya diketahui
oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Sangat sedikit dari hal gaib tersebut yang
diperlihatkan kepada para Nabi ‘alaihimussalam. Allah Subhanallahu wa Ta’ala
berfirman (artinya):
“(Dialah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang gaib itu. Kecuali pada Rasul yang diridhai-Nya.”
(Al-Jin: 26-27)
Maka dari itu, apa yang diyakini oleh kaum Mu’tazilah dan yang bersamanya,
bahwa adzab kubur dan nikmat kubur tidak ada, merupakan kesalahan dalam hal
aqidah, karena hadits tentang masalah ini sampai pada tingkatan mutawatir
(bukan ahad). Bahkan dalam Al-Qur`an telah disebutkan ayat-ayat tentangnya,
seperti firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya
ke dalam azdab yang sangat keras.” (Al-Mu’min: 46),
Kemudian firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Dan sesungguhya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat sebelum
adzab yang lebih besar.” (As-Sajdah: 21).
Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan adzab yang dekat dalam
ayat tersebut adalah adzab kubur.
Penutup
Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua.
Penjelasan di atas hanyalah sekelumit dari apa yang akan dialami manusia di
alam kubur nanti. Pastilah seorang hamba yang beriman dan cerdas akan
bersiap-siap dengan berbagai amalan sholih sebagai bekal di akhirat kelak,
termasuk ketika di alam kubur. Dan memperbanyak do’a memohon perlindungan dari
adzab kubur dengan do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah sesungguhnya aku meminta perlindungan dari adzab kubur, dari adzab
neraka, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Al-Masih
Ad-Dajjal.” (HR. Al-Bukhari no.1377)
Semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala senantiasa melindungi kita dari berbagai
ujian, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, hingga kita menghadap-Nya, dan
memberikan kepada kita kecintaan untuk bertemu dengan-Nya ketika kita akan
meninggalkan kehidupan yang fana ini menuju kehidupan kekal abadi. Amin Ya
Rabbal ‘Alamin.
MUTIARA HADITS SHAHIH
Pernah Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam ketika melewati dua buah kuburan
bersabda:
«أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ»
و ﰲ رواية: لاَ يَسْتَنزِهُ مِن بَوْلِهِ
“Ingatlah! Sesungguhnya kedua orang ini sedang diadzab; dan tidaklah mereka
diadzab disebabkan dosa besar (menurut persangkaan mereka). Adapun salah
satunya, semasa hidupnya ia melakukan namimah (mengadu domba); sedangkan yang
satunya, semasa hidupnya ia tidak menjaga auratnya ketika buang air kecil.”
(HR. Muslim no.703 dari shahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Dalam riwayat lain: “tidak bersih saat bersuci dari buang air kecil.”
No comments:
Post a Comment