Kunjungan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Dharma Bantul Yogyakarta


Amirrudin Setiawan
Kunjungan Lansia di PSTW Budi Dharma

A.    
Latar Belakang
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba  menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Pujianti, 2003). Usia lanjut merupakan tahap akhir dari
siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai  fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2000).
Demografi yang sangat cepat di negara-negara berkembang telah mengakibatkan perubahan struktur penduduk secara drastis. Penduduk di atas usia 15 tahun dan dibawah 65 tahun makin membengkak karena pertumbuhan penduduk anak-anak peninggalan masa lalu. Begitu  juga penduduk diatas usia 60 tahun, atau diatas usia 65 tahun. Penduduk usia ini dikenal sebagai penduduk lanjut usia yang tumbuh dengan kecepatan paling tinggi (Suyono, 2007).
Dari hasil sensus penduduk  yang di laksanakan oleh BPS menunjukkan pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi lansia  yang di perkirakan 17 juta orang. Pada tahun 2020 junlah penduduk lansia Indonesia diproyeksikan mencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi penduduk lansia menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi, sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lansia, baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Berbagai masalah fisik biologik, psikologik dan sosial, muncul pada lansia sebagai akibat proses menua dan penyakit degenaratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang (Depsos, 2008).
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini  dapat  dilakukan, dikenal sebagai senescence yaitu masa proses menjadi tua. Seseoarang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima  puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya (Hurlock, 1999).
Berdasarkan perihal diatas, maka saya tertarik untuk melakukan pengkajian lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Dharma, Ponggalan, Umbul Harjo,
Bantul, Yogyakarta


B.    
Tujuan
1.      Tujuan umum
Setelah dilakukan kunjungan, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan teori yang telah didapatkan dibangku perkuliahan,  kedalam asuhan keperawatan pada kelompok khusus lansia secara nyata sesuai dengan masalah yang muncul.
2.      Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kunjungan khusus lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Dharma, Ponggalan, Umbul Harjo, Bantul, Yogyakarta. Diharapkan mahasiswa mampu :
a.  Mengkaji dan mendapatkan data khusus yang berkaitan dengan derajat kesehatan lansia.
b.   Mengerti masalah yang dihadapi lansia.
c.   Mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia
d. Mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi lansia.
e. Meningkatkan wawasan tentang keperawatan komunitas khususnya gerontik.


C.   
Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah pembahasan asuhan keperawatan pada kelompok khusus hanya di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Dharma, Ponggalan, Umbul Harjo, Bantul, Yogyakarta




BAB II
TINJAUAN TEORI
UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT

I.            PENDAHULUAN
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan prilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera.
Dalam keluarga, usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya. Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan khusus dibidang kesehatan.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu:
  1. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
  2. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi  Departemen kesehatan
  3. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan
  4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur  Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehaten.
  5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem kesehatan Nasional dan RP3JPK
  6. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.
  7. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja Geatric.
 Dengan pembinaan Kesehatan Usia Lanjut maka seluruh Indonesia dari  berbagai kelompok umur dapat digunakan hanya sesuai peraturan perundang undangan bahwa setiap warga negara berhak mewujudkan derajat kesehatannya  yang optimal termasuk usia lanjut. Usia lanjut adalah sesuatu proses alami yang  tidak dapat dihindari. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh suatu  peraturan alam maksimal sekitar 6 (enam) kali masa bayi sampai dewasa, atau 6  x20 tahun = 120 tahun.
Saat ini masih banyak usia lanjut yang produktif belum dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan dan belum terselenggaranya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mendukung pembinaan kesehatan usia lanjut yang mantap. Oleh sebab itu pembinaan dan pelayanan kesehatan usia lanjut perlu dilakukan sebaik mungkin dalam terciptanya keluarga yang sejahtera.

II.            UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT
A.    Pengertian-Pengertian
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat.
Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran  serta masyarakat baik sebagai pemberi peJayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut setempat.

B.     Tujuan dan Sasaran Pembinaan :

1.     
Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.

2.     
Tujuan Khusus
a.       Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
b.      Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
c.       Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
d.      Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

3.     
Sasaran pembinaan Secara Langsung
a.       Kelompok usia menjelang usia lanjut (45 -54 tahun) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas.
b.      Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55 -64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
c.       Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (>65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.

4.     
Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
a.       Keluarga dimana usia lanjut berada.
b.      Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
c.       Masyarakat luas.

C.    Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
1.      Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar  mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
b. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
c. Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
f.        Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
g.      Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.
h.      Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.
2.      Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
a.       Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
b.      Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
c.       Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
d.      Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
e.       Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.      Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
a.       Pelayanan kesehatan dasar
b.      Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
4.      Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
a.       Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan..
b.      Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
c.       Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
d.      Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e.       Perawatan fisioterapi.

Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan. Adapaun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan kepada :
  • Kelompiok usia lanjut itu sendri
  • Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut
  • Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut
  • Penyelenggaraan kesehatan
  • Lintas sektoral (Pemerintah dan swasta)

Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat ads usia lanjut terdiri dari :


1.     
Komponen Penyebarluasan Informasi kesehatan dengan melakukan kegiatan :
a.       Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut.
b.      Meningkatkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas puskesmas dan rujukan serta masyarakat di bidang kesehatan masyarakat usia lanjut.
c.       Melengkapi puskesmas den rujukannya dengan sarana den bahan penyuluhan.
d.      Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk media masa agar pesan kesehatan masyarakat usia lanjut menjadi bagian integral.
e.       Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat umum den kelompok khusus seperti daerah terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
f.        Melaksanakan pengkajian den pengembangan serta pelaksanaan tekhnologi tepat guna dibidang penyebarluasan informasi.
g.      Melaksanakan evaluasi secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan daya guna dan hasil guna penyuluhan.
h.      Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam keadaan darurat seperti wabah, bencana alam, kecelakaan.

2.     
Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan antara lain:
a.       Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus LKMD dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
b.      Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk swasta yang melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan usia lanjut secara sistematis dan berkesinambungan.
c.       Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan usia lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.

3.     
Komponen Pengembangan Penyelengaraan penyuluhan dengan kegiatan :
a.       Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut di sekolah-sekolah kesehatan.
b.      Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut.
c.       Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai tingkat.
Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.       Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dimana masalah kesehatan, masyarakat usia lanjut dan wilayahnya jelas sudah diketahui.
b.      Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut harus berdaya guna serta berhasil guna.
c.       Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang harus jelas, realisis dan bisa diukur.
d.      Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan dicapai lebih objektif, rasional hasil sasarannya.
e.       Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
f.        Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyeleggaranan benar-benar tepat guna untuk dipergunakan.
g.      Memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan kemampuan penyelenggaranan.

Dengan langkah-langkah rencana penyuluhan beserta semua sumber daya dan temuan yang diperoleh, dilaksanakan upaya penyuluhan dengan menyusun, menyepakati dan menjelankan suatu jadwal pelaksanaan kegiatan yang jelas dengan menguraikan kapan (waktu) dimana (tempat), dan siapa (kelompok sasaran), bagaimana (metode dan media), apa (pesan-pesan).

D.    Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dasar Usia Lanjut
Yang dimaksud dengan asuhan keperawatan adalah bantuan bimbingan penyuluhan, pengawasan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat/bidan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau kelompok. Pada usia lanjut ditemukan berbagai masalah secara individu. Prinsip pemberian asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien atau kelompok.
Asuhan keperawatan dapat diberikan di rumah maupun institusi (panti dan puskesmas) dan dapat dilakukan oleh keluarga atau petugas panti yang telah dilatih.
Asuhan keperawatan dasar bagi kelompok usia lanjut ditujukan kepada :

1.     
Kelompok yang masih aktif dimana mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan sendiri. Walaupun demikian periu mendapat bimbingan dan pengawasan untuk mencegah terjadinya faktor resiko tinggi agar tidak  mempecepat ketergantungan dengan orang lain. Adapun bimbingan dan  pengawasan berupa kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, makanan dan kesegaran jasmani.

2.     
Kelompok usia lanjut pasif yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain. Yang harus diperhatikan pada usia lanjut yang tinggal di tempat tidur adalah kebersihan perorangan, lingkungan, makanan, mencegah decubitus.

III.            MENUA

A.   
Pengertian
Proses menua merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan, dimulai dari kemunduran secara fisik maupun psikis (kejiwaan), atau yang lazim dikatakan adalah keuzuran.
Pada zaman dahulu, usia lanjut di diidentikkan/di cirikan sebagai suatu masa dimana seseorang sudah tidak mampu melakukan apapun, tidak menyenangkan, dianggap bodoh sehingga ditertawakan, loyo, sulit hidup dengan orang lain, tidak bermanfaat dan berbagai pendapat lain yang menyudutkan usia lanjut.
Pada perkembangan sekarang ini, pendapat tersebut mulai tergeser dengan suatu pengertian bahwa masa tua merupakan suatu hal yang wajar dan tetap dapat menjalani sisa hidupnya dengan tenang, aman, sejahtera dan berguna bagi lingkungannya.


B.    
Proses Menua
Proses menua (= menjadi tua = aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan tubuh untuk mengganti sel yang rusak dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap rangsangan (misalnya penyakit) dan tidak mampu memperbaiki kerusakan yang di derita. Artinya, seseorang yang sudah mendekati tua akan kehilangan daya tahan tubuhnya.
Proses menua ini tidaklah berasal dari perubahan dari satu sisi saja, akan tetapi terdapat berbagai faktor yang berkaitan yang menyebabkan seseorang menjadi tua, misalnya pengaruh tubuh, lingkungan, budaya gaya hidup yang salah dan lain-lain.
Terdapat berbagai pendapat tentang terjadinya proses menua, salah satunya adalah teori jam genetik. Mereka berpendapat bahwa dalam tubuh kita telah terdapat suatu program tertentu yang terus berputar seperti jarum jam, bila jam ini berhenti maka kita akan meninggal dunia meski tanpa disertai kecelakaan atau penyakit.
Selain pendapat diatas, beberapa ahli juga mengatakan bahwa menua disebabkan karena adanya pengaruh radiasi, zat kimia dan perubahan kekebalan tubuh sehingga akan memperpendek umur. Disamping itu, berkurangnya proses tubuh untuk mendapatkan kalori/tenaga sudah berkurang sehingga pertumbuhan dan perpanjangan umur terhambat.


C.   
Teori – Teori  Proses  Menua
1.      Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :

a.      
Teori Instrinsik
Teori ini berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.

b.     
Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
a.       Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
b.      Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik. sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.
c.       Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d.      Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksigenasi bahan–bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini menyebabkan sel–sel tidak dapat beregenerasi.

2.      Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu :

  • Kehilangan peran (Loss of Role)
  • Hambatan kontak sosial (Restraction of Contact & Relationships)
  • Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores & Values)


3.      Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
Menurut Hangskerst, (1992) bahwa setiap individu  harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural  masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan  fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan orang – orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.


D.   
Pembagian Kelompok Usia Lanjut
1.      Departemen Kesehatan RI
Depkes RI membagi usia lanjut menjadi 3 kelompok, yaitu:
  • Masa Virilitas/menjelang usia lanjut  : 45-54 tahun
  • Masa Prasenium/ usia lanjut               : 55-64 tahun
  • Masa Senium/usia lanjut                     : 65 tahun
 2.      Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

  • Usia Lanjut                 : 60-74 tahun
  • Usia Tua                      : 75-89 tahun
  • Usia Sangat Lanjut     : 90 tahun


IV.            FOCUS ASSESMENT

A.   
Fisik / biologis
1.      Wawancara riwayat kesehatan
a.       Pandangan lansia  tentang kesehatannya
b.      Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c.       Kekuatan fisik lansia ( otot ,sendi , pendengaran dan penglihatan).
d.      Kebiasaan lansia merawat diri sendiri.
e.       Kebiasaan makan  , minum , istirahat /tidur ,BAB / BAK.
f.        Kebiasaan gerak badan / olah raga.
g.      Perubahan – perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h.      Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat.
i.        Masalah – masalah seksual yang dirasakan.

2.      Pemeriksaan  fisik
a.       Sistem intergumen / kulit
b.      Muskuluskletal
c.       Respirasi
d.      Kardiovaskuler
e.       Perkemihan
f.        Persyarafan
g.      Fungsi sensorik ( penglihatan , pendengaran, pengecapan dan penciuman).


B.    
Psikologis
Dilakukan saat berkomunikasi  untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses fikir, perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas , kemampuan dalam  menyelesaikan masalah.
Perubahan umum yang terjadi :
1.      Penurunan daya ingat
2.      Proses pikir lambat
3.      Adanya perasaan sedih
4.      Merasakan kurang perhatian

Hal hal yang perlu dikaji meliputi :
1.      Apakah mengenal masalah masalah utamanya
2.      Apakah optimas mengandung sesuatu dalam kegiatan
3.      Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
4.      Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
5.      Bagaimana  mengatasi , masalah atas stress yang dialami
6.      Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
7.      Apakah usila untuk menyesuikan diri
8.      Apakah usila menggali kegagalan
9.      Apakah harapan searang dan dimasa yang akan datang , dll.


C.    
Sosial ekonomi
Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungan  dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organi sosial, penghasilan yang diperoleh, perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan sosial ekonomi.
Hal-hal yang perlu dikaji ,antara lain :
1.      Kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang.
2.      Sumber keuangan.
3.      Dengan siapa yang ia tinggal.
4.      Kegiatan organisasi sosial yang diikuti
5.      Pandangan lansia terhadap lingkungannya
6.      Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
7.      Siapa saja yang bisa mengunjunginya
8.      Seberapa besar ketergantungannya
9.      Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada


D.   
SpiritualKeyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat diterapkan. Hal – hal yang perlu dikaji antara lain :
1.      Kegiatan ibadah setiap hari
2.      Kegiatan keagamaan
3.      Cara menyelesaikan masalah ( Doa )
4.      Terlihat sabar dan tawakal


E.    
Masalah / Diagnosa Keperawatan
1.      Fisik / Biologis;
  • Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh s.d. intake yang tidak adekuat)
  • Gangguan persepsi s.d. gangguan pendengaran/penglihatan.
  • Kurangnya perawtan diri s.d.  menurunnya minat dalam merawat diri.
  • Resiko cidera fisik (jatuh) s.d. penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
  • Perubahan pola eliminasi s.d. pola makan yang tidak efektif.
  • Gangguan pola tidur s.d. kecemasan atau nyeri.
  • Gangguan pola nafas s.d. penyempitan jalan nafas.
  • Gangguan mobilisasi s.d. kek sendi.
2.      Spiritual
  • Reaksi berkabung / berduka s.d. Ditinggal pasangan.
  • Penolakan terhadap proses penuaan s.d. Ketidaksiapan menghadapi kematian.
  • Marah terhadap tuhan s.d. Kegagalan yang dialami.
  • Perasaan tidak tenang s.d. Ketidakmampuan melakukan ibadah secara tidak tepat.


F.     
Intervensi Keperawatan1.      Tujuan perencanaan :
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis, dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan, ditujuakan pada pemenuhan kebutuhan dasar :
a.       Pemenuhan kebutuhan nutrisi
b.      Meningkatkan keamanan dan keselamatan.
c.       Memlihara kebersihan diri
d.      Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.
e.       Meningkatkan hubungan interpersonalmelalui komunikasi efektif.


2.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi
a.  Peran pemenuhan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kkesehatan dan kebugaran serta memperlambat timbulnya penyakit degenaratif  sehingga menjamin hari tua tetap sehat dan aktif.
b.  Masalah yang sering dihadapi : penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman saat makan karena gigi tidak lengkap, rasa penuh diperut dan kesukaran BAB karena melemahnya otot lambung dan peristaltik usus sehingga nafsu makan berkurang.
c.  Menolak makan/makan berlebihan akibat kecemasan dan putus asa akibat gangguan tugas perkembangan.
d.    Masalah gizi yang sering timbul : gizi berlebihan, gizi kurang, kekurangan vitamin, kelebihan vitamin.
Intervensi :

a.      
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

b.     
Berikan banyak minum dan kurangi makan.

c.      
Usahakan makanan banyak mengandung serat..

d.     
Batasai makanan yang mengandung kalori (gula, makanan manis, minyak, makanan berlemak).

Kebutuhan kalori laki-laki  2100 kalori, wanita 1700 kalori:

a.      
KH 60% dari jumlah kalori

b.     
Lemak 15 – 20%

c.      
Protein 20 – 25%

d.     
Vitamin dan mineral > kebutuhan usia muda.

e.      
Air 6 – 8 gelang/hari.

f.       
Membatasi minum kopi dan teh.


3.      Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia
Kecelakaan yang sering terjadi : jatuh, kecelakaan lalu lintas, kebakaran è karena fleksibilitas kai mulai berkurang, penurunan fungsi pendengaran dan penglihatan, lingkungan yang kurang aman
Intervensi:
a.       Biarkan menggunakan alat bantu
b.      Latih untuk / mobilisasi
c.       Menggunakan kaca mata
d.      Menemani bila berpergian
e.       Ruangan dekat kantor
f.        Meletakkan bel dibawah bantal
g.      Tempat tidur tidak terlalu tinggi
h.      Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur
i.        Lantai bersih, rata dan tidak licin / basah
j.        Peralatan yang menggunakan roda dikunci
k.      Pasang pengaman dikamar mandi
l.        Hindari lampu yang redup dan yang menyilaukan (lampu 70-100 watt)
m.    Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet

4.      Memelihara kebersihan diri :
Sebagaian lansia mengalami kemunduran /motivasi untuk melakukan perawatan diri secara teraturè karena penurunan daya ingat, kebiasaan diusia muda, kelemahan dan tidakmampuan.
Masalah : keringat berkurang è kulit lansia bersisik, kering
Intervensi :
a.       Mengingatkan / membantu
b.      Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin lotion.

5.      Memelihara keseimbangan istirahat / tidur :
Masalah yang sering terjadi :gangguan tidur
Intervensi :
a.       Menyediakan tempat tidur yang nyaman
b.      Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi
c.       Melatih melakukan latihan  fisik yang ringan (berkebun, berjalan, dll)

6.      Meningkatkan hubungan interpersonal  :
Masalah yang sering ditemukan : penurunan daya ingat, pikun, depresi, lekas marah mudah tersinggung, curiga  dapat terjadi karena hubungan interpersonal yang tidak adekuat
Intervensi :
a.       Berkomunikasi dengan kontak mata
b.      Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
c.       Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
d.      Menghargai pendapat lansia
e.       Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari–hari sesuai dengan kemampuan.


V.            PENUTUP
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai  aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal.
Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan kemadirian masyarakat.



BAB III
Laporan Kasus Di Ruang Dahlia
Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Dharma, Ponggalan, Umbul Harjo,
Bantul, Yogyakarta

A.     
Pengkajian
Hari/Tanggal   : Selasa, 24 November 2015
Tempat            : PSTW Unit Budi Dharma Bantul, YK
Pukul               : 10.00 WIB
Oleh                : Amirrudin Setiawan

I.     Identitas diri klien
Nama                 : Ny. S
Umur                 : 70 tahun
Jenis kelamin     : Perempuan
Status                : Nikah
Suku                  : Jawa
Pendidikan        : SD
Pekerjaan           : IRT
Sumber              : -

II.     Struktur keluarga
No
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Ket
1
Ny. S
70 tahun
P
Ibu rumah Tangga
-

Genogram
       

III.     Riwayat keluarga
Kakek klien pernah menderita penyakit Diabetes melitus dan Hipertensi

IV.     Riwayat penyakit
a.       Keluhan utama saat ini :
Klien mengatakan “Terkadang merasakan pusing-pusing ketika beraktivitas”
b.      Apa yang dipikirkan saat ini:
Klien mengatakan “Klien merasa lebih senang tinggal di panti ketimbang dirumahnya”
c.       Siapa yang dipikirkan saat ini :
Klien mengatakan “Tidak ada yang membuat kepikiran, hanya saja klien cenderung menikmati hari tuanya”
d.      Riwayat penyakit dahulu :
Klien mengatakan “Pernah didiagnosa memiliki penyakit diabetes melitus, namun klien sudah melakukan pencegahannya”

V.     Pengkajian
a.       Persepsi dan pemeliharan kesehatan
Klien mengatakan “Tahu betul masalah kesehatan terkait dengan pemeliharaan tubuh”
b.      Pola nutrisi
Klien mengatakan “Dapat makan dan minum dengan sendiri tanpa di bantu”
·       Makanan
1.    Frekuensi : makan 3x/ hari (terkadang 2x/hari karena sudah kenyang) diimbangi dengan buah-buahan
2.      Porsi : 1 piring (Nasi, sayur dan lauk) selalu habis
Minuman
1.      Frekuensi : setiap haus/ sehabis makan
2.      Porsi : 6 - 8 gelas/ hari

c.       Pola eliminasi
Klien mengatakan “Dapat berjalan ke toilet dengan sendiri tanpa di bantu”
·         BAB
1.      Frekuensi : 1x/ hari (terkadang di pagi hari)
2.      Bentuk : lembek
BAK
1.      Frekuensi : ± 500 ml (tidak menentu)
2.      Bentuk : kuning jernih

 d.      Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Ket
Makan/Minum
ü   




0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat bantu
4 : Tergantungan total
Mandi
ü   




Toileting
ü   




Berpakaian
ü   




Mobilitas ditempat tidur
ü   




Berpindah/ berjalan
ü   




Ambulasi/ ROM
ü   





e.       Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan “Dapat istirahat dengan nyenyak dan nyaman”
f.        Pola peran hubungan
Klien mengatakan “Hubungan dengan teman lansia baik-baik saja”
g.      Sistem nilai dan keyakinan
Klien mengatakan “Menjalankan ibadah sesuai dengan yang diperintahkan oleh tuhan”

VI.     Pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan fisik1.      Tingkat kesadaran : composmentis (sadar penuh)2.      Tanda-tanda vital :      TD; 150/90 mmHg, N; 90x/m S; 37C RR; 22x/m3.      Kepala : oval, tidak ada luka / kutu rambut4.      Leher : simetris5.      Thorak : simetris6.      Abdomen : tidak terkaji7.      Ektremitas : tidak ada lesi/ perlukaan

b.      Pemeriksaan panca indra :1.      Penglihatan (mata) ; klien memiliki penyakit katarak sejak lama2.      Pendengaran (telinga) ; cukup baik3.      Pengecapan (mulut) ; cukup baik4.      Sensasi (kulit) ; cukup baik (klien dapat merasakan)5.      Penciuman (hidung) ; cukup baik


Kronologi/ kasus cerita Ny. S :

Nyonya S berusia 70 tahun, masuk panti sejak tahun 2013. Sebelum masuk panti klien pernag bekerja sebagai ibu rumah tangga hingga ditinggal suaminya (meninggal). Klien mengaku merasa senang tinggal di panti, karena dirumah tidak ada yang mengurusinya apalabi klien hidup sebatang kara tidak bersuami dan tidak beranak. Keluarga klien tidak ada yang tahu kalau klien sedangan berada di panti dikarenakan tidak adanya keluarga yang peduli dengan keadaan klien yang berasal dari keluarga kurang mampu. Klien merasa lebih baik di panti dikarenakan banyaknya teman seusuianya dan terjamin kehidupannya sehari-hari. Hubungan klien dengan teman seusianya baik-baik saja tidak pernah mengalami perselisihan. Klien adalah seorang yang taat beragama, namun cukup disayangkan telah berpindah agama menjadi kristen karena mengikuti keyakinan mendiang sang suami. Dalam kehidupan yang dijalaninya, klien Ny. S tidak berketergantungan dengan orang lain, meskipun penglihatan klien terganggu akibat penyakit katarak yang diderita klien. Ny. S merasa bahagia berada dilingkungan yang kondusif dan nyaman serta pengurus panti yang ramah-tamah. Meskipun merasa sedikit terkekang dikarenakan harus izin setiap hendak keluar panti. Klien pernah di diagnosa mempunyai riwayat pengakit diabetes melitus, namun tidak sampai membuah klien putus asa dalam pencegahan yang dilakukannya.

Kesimpulan
Dari analisis kasus di ata, Ny. S memiliki masalah dengan keluarganya, karena tidak ada yang peduli dengan keadaannya sekarang. Klien cenderung lebih aktif di panti dengan sosialisasinya yang baik dengan sesama lansia. Klien tidak banyak mengeluhkan terhadap keadaan yang sedang dihadapinya saat ini.

Intervensi
1.   Berikan support/ dukungan kepada Ny. S, bahwa segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, dan semua makhluk hidup akan mengalami kematian dan kembalinya kepada Alloh.
2.    Anjurkan kepada klien agar tetap menjaga hubungan sosialnya yang baik sesama lansia dan bisa melupakan masalah yang terjadi pada kelurganya dahulu.
3.     Berikan promosi kesehatan tentang perawatan diri dan lingkungan, bahwa lingkungan yang bersih dapat menunjang kesehatan diri


DAFTAR PUSTAKA

Czeresna. H, dkk, Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri, Edisi pertama, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, 2000
Dinas Sosial Daerah Istimewa Aceh, 1995, Pola Pelayanan Lanjut Usia Dimasa
Depan, Banda Aceh
Dirjen Pembinaan Kesehatan Keluarga, 1992, Pedoman Pembinaan Kesehatan
Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Depkes, Jakarta
Johana E. Prawitasari, Aspek Sosial Psikologi Usia Lanjut Di Indonesia, Buletin  Penelitian kesehatan 21 (4) Hal 73 -83
Marilyn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, 1999
R. Boedhi Darmojo, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2, , FKUI, 1999
Undang-Undang RI No 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal19 ayat 1
Zuhdi Makmun, Pendekatan Komprehensif Terhadap Perawatan Kesehatan Pada Usia Lanjut Menjelang Tahun 2000, Majalah Kesehatan Masyarakat, Nomor 59 Tahun 1998




Terimakasih anda telah membaca artikel saya. Tunggu artikel terbaru dari saya ya..
Salam Sehat...

No comments:

Read more..